Tenaga Endogen Vulkanisme – Proses
endogenik kedua yang dapat mengubah morfologi atau raut muka Bumi
adalah gejala vulkanisme. Vulkanisme terjadi akibat adanya aktivitas
magma di dalam litosfer, sampai keluar permukaan Bumi. Magma adalah
bahan silikat cair pijar, terdiri atas bahan-bahan padat (batuan dan
logam), cairan, dan gas, antara lain
uap air (H2O),
oksida belerang (SO2),
asam khlorida (HCl), dan
asam sulfat (H2SO4). Rata-rata suhu magma berkisar antara 900°C–1.200°C. Berdasarkan kandungan silikanya, dikenal magma asam (
granitis), intermediet (
andesitis), dan basa (
basaltis).
a) Erupsi Gunungapi
Jika tekanan dari berbagai macam gas yang dikandung magma di dalam
litosfer sudah sangat kuat, akan keluar ke permukaan Bumi. Media ke
luarnya dapat melalui retakan-retakan pada tubuh gunungapi, cerobong
gunungapi (
diatrema) ataupun dengan men desak tubuh gunungapi
sehingga sebagian badan gunungapi tersebut hancur. Proses keluarnya
magma dinamakan erupsi atau letusan gunungapi. Magma yang keluar melalui
letusan dinamakan lava. Selain lava, material gunungapi yang
dimuntahkan saat erupsi berupa
eflata atau
bahan piroklastik. Bahan
piroklastik merupakan materialmaterial lepas dengan berbagai ukuran,
mulai dari bom (bongkah batuan besar), lapilli, kerikil, pasir vulkanis,
sampai ukuran yang sangat halus yaitu debu vulkanis. Istilah lain yang
juga berhubungan dengan material gunungapi adalah
lahar.
Secara umum, lahar dapat diartikan sebagai campuran lava atau eflata
dengan material muka bumi berupa tanah, batuan, pasir, dan air sehingga
membentuk lumpur. Berdasarkan kondisi suhunya, kita mengenal lahar panas
dan dingin.
Sebuah gunungapi yang akan meletus pada umumnya memperlihatkan tanda-tanda yang dapat diamati oleh penduduk di sekitarnya.
Gambar 3.18 Bahan-Bahan Letusan Gunungapi
Bahan-bahan yang dikeluarkan pada saat sebuah gunungapi meletus. Gejala alam yang menjadi indikasi gunungapi akan meletus
antara lain:
(1) suhu di sekitar kawah mengalami peningkatan dari rata-rata suhu normal;
(2) sumber air yang terletak di sekitar wilayah tersebut banyak yang tiba-tiba kering;
(3) banyak pohon-pohon yang tumbuh di sekitar areal gunung mengering dan mati;
(4) sering terjadi getaran-getaran gempa, baik yang skalanya kecil maupun besar yang kadang-kadang disertai suara gemuruh;
(5) binatang-binatang liar yang hidup di sekitar gunungapi banyak yang mengungsi ke wilayah lain.
Untuk menghindari bencana dan kerugian yang mungkin timbul akibat
erupsi gunungapi, pemerintah membangun pos-pos pengamatan gunungapi
dibawah naungan
Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.
Tugas pos pengamatan adalah mengamati dan mencatat aktivitas gunungapi
dan melaporkannya. Berdasarkan pengamatan dan laporan tersebut, lalu
ditentukan status gunungapi itu untuk memberikan peringatan kepada
masyarakat akan bahaya letusan gunungapi. Berdasarkan sifat dan
kekuatannya, erupsi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sebagai berikut.
(1)
Efusif yaitu proses erupsi berupa lelehan lava
melalui retakanretakan yang terdapat pada tubuh gunungapi. Efusif
biasanya terjadi jika magma yang terkandung dalam gunungapi sifatnya
encer serta kandungan gasnya relatif sedikit.
(2)
Eksplosif yaitu erupsi gunungapi berupa ledakan
yang memuntahkan bahan-bahan piroklastik di samping lelehan lava.
Eksplosif dapat terjadi jika magma yang terdapat dalam tubuh gunungapi
sifatnya kental dengan kandungan gas yang tinggi sehingga tekanannya
sangat kuat.
Sumber:
Kamus Visual, 2004
Gambar 3.19 Tipe Letusan Gunungapi
Tipe letusan gunungapi terdiri atas:
a) letusan eksplosif;
b) letusan efusif.
Erupsi juga dapat dibedakan berdasarkan bentuk lubang kepundan tempat
keluarnya magma dari tubuh gunungapi. Berdasarkan hal ini kita mengenal
tiga jenis erupsi, yaitu sebagai berikut.
(1)
Erupsi Linear yaitu peristiwa letusan gunungapi,
ketika magma yang dikandungnya keluar melalui retakan yang meman jang
seperti sebuah garis. Fenomena alam yang tampak di muka Bumi akibat
erupsi linear adalah deretan gunungapi yang memanjang, seperti terdapat
di Laki Spleet (Islandia) dengan panjang rekahan mencapai 30 kilometer.
Sumber: www.ma.krakow.pl
(2)
Erupsi Areal yaitu jenis erupsi ketika dapur
magma letaknya sangat dekat dengan permukaan bumi sehingga mampu
membakar dan melelehkan lapisan batuan di sekitarnya sampai membentuk
lubang yang sangat besar. Lava yang keluar melalui lubang kepundan yang
sangat besar ini kemudian mengalir ke wilayah yang sangat luas di
sekitarnya. Contohnya antara lain wilayah antara Argentina sampai
Paraguay di Amerika Selatan.
(3)
Erupsi Sentral yaitu jenis erupsi ketika
material gunungapi keluar melalui sebuah lubang atau pusat erupsi
sehingga membentuk kerucut gunungapi yang berdiri sendiri (
single volcano).
Erupsi sentral merupakan tipe letusan yang paling banyak dijumpai di
muka bumi. Hampir semua gunungapi yang ada di Indonesia merupakan hasil
erupsi sentral. Letusan gunungapi berupa eksplosif dapat mengakibatkan
terbentuk nya kawah (lubang kepundan) di ujung pipa gunungapi (diatrema)
sebagai sisa tempat keluarnya material yang dimuntahkan saat erupsi.
Ukuran lubang kepundan ini sangat ber variasi. Ada yang hanya beberapa
meter saja, namun ada pula yang diameternya sangat luas dengan dinding
kawah yang curam. Kawah yang ukurannya sangat luas ini dinamakan
kaldera.
Sumber: www.sanur.org Gambar 3.21 Kaldera Gunung Bromo
Kaldera Gunung Bromo, salah satu kaldera terluas di Indonesia Menurut seorang ahli ilmu kebumian
Arthur L.
Bloom,
panjang diameter suatu kaldera minimal 1,6 kilometer. Beberapa contoh
gunungapi di Indonesia yang memiliki kaldera antara lain sebagai
berikut. (1) Gunung Krakatau (Selat Sunda) dengan diameter kaldera
sekitar 7 km.
(2) Gunung Batur (Bali) dengan diameter kaldera sekitar 10 km.
(3) Gunung Ijen (Jawa Timur) dengan diameter kaldera sekitar 11 km.
(4) Gunung Tambora (Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara) dengan diameter kaldera sekitar 6 km.
b) Tipe Gunungapi
Fenomena gunungapi yang ada di muka Bumi memiliki bentuk yang
berbeda-beda. Hal ini sangat bergantung dari tipe, kekuatan, dan
frekuensi letusannya. Secara umum, kita mengenal tiga bentuk gunungapi,
yaitu tipe Perisai (Tameng), Maar, dan Strato.
(1) Gunungapi Tipe Perisai
Gunungapi perisai terbentuk jika lava yang keluar dari tubuh
gunungapi berasal dari magma yang sangat encer, sehingga erupsi hanya
merupakan lelehan lava pijar ke wilayah di sekelilingnya. Oleh karena
sifat magma yang dikandungnya sangat encer, aliran lava dapat menempuh
jarak yang cukup jauh dan menyebar menutupi wilayah yang luas. Aliran
lava ini pada akhirnya membeku menjadi batuan beku ekstrusif. Gunungapi
perisai ditandai dengan dinding lereng yang sangat landai, bahkan dapat
menyerupai dataran. Contoh tipe ini antara lain pulau-pulau vulkanis
yang terletak di Kepulauan Hawaii (Samudra Pasifik), seperti Mauna Loa,
Mauna Kea, dan Kilauea.
(2) Gunungapi Maar
Bentuk gunungapi maar terjadi akibat letusan eksplosif yang hanya
terjadi satu kali dengan materi yang dimuntahkan berupa eflata. Oleh
karena dapur magmanya relatif dangkal serta kandungan gas dalam magma
tidak terlalu banyak, letusan gunungapi maar tidak begitu kuat.
Akibatnya hanya mem bentuk dinding gunung berupa tanggul di sekitar
lubang kawah. Contoh gunungapi maar antara lain Gunung Lamongan (Jawa
Timur), Gunung Pinacate (Sonora, Mexico), dan Gunung Monte Nuovo
(Naples, Italia).
(3) Gunungapi Strato
Gunungapi strato terbentuk akibat erupsi yang bergantiganti antara
efusif dan eksplosif, sehingga memperlihatkan batuan beku yang
berlapis-lapis pada dinding kawahnya. Batuan yang berlapis ini berasal
dari pembekuan lava dan eflata yang silih berganti. Hampir semua gunun
gapi di Indonesia merupakan tipe strato. Beberapa contohnya antara lain
Gunung Merapi, Gunung Tangkuban Perahu, Gunung Krakatau, Gunung Semeru,
dan Gunung Tambora.
Sumber: www.bbv-net.de Gambar 3.22 Gunung Merapi
Hampir sebagian besar gunungapi di Indonesia memiliki tipe strato, seperti halnya Gunung Merapi.
c) Gejala Pasca Vulkanik
Ada kalanya gunungapi berada pada fase istirahat dan tidak
memperlihatkan tanda-tanda keaktifannya. Fase ini dinamakan
pascavulkanik (
Postvulcanic). Tanda-tanda alamiah yang dapat diamati sebagai indikasi gejala pasca vulkanik antara lain sebagai berikut.
(1) Banyak ditemukan sumber air panas seperti terdapat sumber air
Cimelati (Jawa Barat), Pablengan (Jawa Tengah), dan Toleho (Ambon).
(2)
Geyser, yaitu semburan air panas yang menyembur secara
berkala dari celah-celah atau retakan lapisan batuan. Contoh geyser
terdapat di Cisolok (Jawa Barat), dan di Taman Nasional Yellow Stone
Park (Amerika Serikat).
(3) Dijumpai banyak terdapat mata air makdani, yaitu mata air
berkadar mineral tinggi terutama unsur mineral belerang, misalnya mata
air Maribaya (Jawa Barat), Ciater (Jawa Barat), dan Batu Raden (Jawa
Tengah).
(4) Adanya bahan-bahan ekshalasi (gas gunungapi). Yang termasuk bahan ekshalasi antara lain
Fumarol (gas uap air dan zat lemas),
Solfatar (gas asam belerang), dan
Mofet (gas karbon dioksida).
d) Aktivitas Vulkanisme di Indonesia dan Pengaruhnya bagi Kehidupan
Kepulauan Indonesia merupakan wilayah pertemuan beberapa lempeng
litosfer, yaitu lempeng Eurasia di utara, Indo-Australia (Hindia) di
selatan, Caroline (bagian dari Pasifik) dan Filipina di bagian Timur.
Kondisi ini membawa pengaruh terhadap wilayah Indonesia yang merupakan
wilayah paling aktif di muka Bumi. Dalam catatan sejarahnya, Indonesia
memiliki 76 gunungapi yang pernah meletus. Gunungapi ini sedikitnya
telah meletus 1.171 dan menempatkan Indonesia sebagai wilayah kedua
setelah negara Jepang yang rawan gempa. Gunung-gunung yang pernah menim
bulkan erupsi fatal di antaranya adalah Gunung Galunggung (1982), Gunung
Makian (1988), Gunung Kelud (1990), dan Gunung LokoEmpung (1991).
Sumber: www.rodamons.net Gambar 3.23 Geyser
Geyser terbentuk atas campuran air dan panas yang tiba-tiba meledak
berupa gas panas keluar dari lubang bawah tanah. Menurut catatan
Volcanological Survey of Indonesia,
gunungapi yang tergolong berbahaya di Indonesia, adalah Gunung Agung
Bali, Gunung Colo-Sulawesi, Gunung Dieng–Jawa, Gunung Galunggung–Jawa
Barat, Gunung Gamalama–Halmahera, Gunung Kelud–Jawa, dan Gunung Gunung
Krakatau–Selat Sunda. Beberapa contoh gunungapi yang ada di Indonesia
antara lain sebagai berikut.
(1) Gunung Krakatau di Selat Sunda merupakan gunungapi dasar laut.
Gunung ini pernah meletus tahun 1883, mengeluarkan lava dan bahan-bahan
piroklastik serta membentuk kaldera dengan diameter sekitar 7 km.
Dinding kaldera ini tampak di permukaan laut menjadi 3 buah pulau, yaitu
Pulau Rakata, Pulau Tunggal, dan Pulau Panjang. Letusan Krakatau juga
meng akibatkan tsunami.
(2) Gunung Merapi di Jawa Tengah merupakan tipe gunungapi yang meletus secara periodik.
(3) Gunung Tangkubanparahu di Jawa Barat mempunyai beberapa kawah
sisa letusan seperti Kawah Ratu, Kawah Upas, Kawah Domas, dan Kawah
Pangguyangan Badak.
Gambar 3.24
Gunung Tangkubanparahu
Gunung Tangkubanparahu di Jawa Barat pernah meletus dalam beberapa
tahap. Letusan yang berulang ini menyebabkan bentuk gunung ini begitu
unik yaitu seperti perahu terbalik.
(4) Gunung Gede Pangrango di Jawa Barat merupakan jenis gunung kembar.
(5) Gunung Kelud di Jawa Timur merupakan contoh gunungapi yang memiliki danau kawah (danau vulkanis).
(6) Gunung Semeru di Jawa Timur merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa.
(7) Gunung Bromo di Jawa Timur terkenal dengan lautan pasir di areal kalderanya.
(8) Pegunungan Jaya Wijaya di Papua merupakan satu-satunya pegunungan
di Indonesia yang sebagian puncaknya tertutup es dan salju.
(9) Gunung Tambora di Pulau Sumbawa (Nusa Tenggara Barat) pernah
meletus tahun 1815. Erupsi Tambora ini menelan korban jiwa 12.000 orang
dan 44.000 orang menderita kelaparan.
Gejala vulkanisme tentunya berdampak terhadap kondisi alam dan
kehidupan manusia di sekitarnya. Pengaruh aktivitas gunungapi ini
sifatnya dapat merugikan dan menguntungkan. Kerugian yang dapat timbul
akibat kegiatan gunungapi antara lain sebagai berikut.
(1) Erupsi sebuah gunungapi yang mengeluarkan lava dan eflata dengan
suhu tinggi dapat membakar wilayah yang dilaluinya, sehingga
mengakibatkan hancurnya daerah permukiman dan fasilitas sosial
masyarakat, lahan pertanian, kerusakan hutan, bahkan merenggut jiwa
penduduk.
(2) Embusan awan panas dan abu vulkanik ke atmosfer mengakibatkan polusi udara.
(3) Aliran lahar yang membendung daerah aliran sungai dapat
mengakibatkan banjir bandang dengan kandungan lumpur tinggi saat hujan
turun dengan intensitas relatif tinggi.
(4) Bahan-bahan ekshalasi berupa gas beracun dapat membunuh hewan dan
manusia yang tinggal di sekitar gunungapi. Misalnya, terjadi pada
masyarakat yang tinggal di sekitar Pegunungan Dieng pada 1979. Akibat
Kawah Si Nila dan Si Timbang yang mengeluarkan gas
Karbon monoksida (CO) dan
Asam sulfida (H
2S).
Sumber:
Concise Encyclopedia Earth, 1998
Gambar 3.25 Abu Vulkanik
Abu vulkanik dan awan panas merupakan material yang sangat berbahaya
bagi makhluk hidup karena dapat mengakibatkan berbagai kerusakan. Di
samping kerugian, banyak keuntungan yang dapat diambil dari adanya
gejala vulkanisme. Keuntungan ini biasanya bersifat jangka panjang.
Contoh dampak positif dari adanya gejala vulkanisme antara lain sebagai
berikut.
(1) Material gunungapi yang dikeluarkan saat erupsi sangat kaya akan
mineral-mineral penyubur tanah. Setelah mengalami proses pelapukan
secara sempurna, bahan-bahan tersebut berubah menjadi tanah vulkanis
yang subur. Jenis tanah ini banyak dimanfaatkan oleh penduduk setempat
menjadi areal pertanian atau perkebunan.
(2) Pembekuan magma menjadi batuan beku intrusif dan ekstrusif sangat
bermanfaat bagi manusia sebagai salah satu barang tambang untuk
kebutuhan bahan bangunan.
(3) Dalam jumlah yang banyak, endapan belerang di sekitar kawah
gunungapi dapat ditambang sebagai bahan baku industri pupuk,
obat-obatan, dan mesiu.
(4) Uap yang dikeluarkan dari gejala panas bumi (
geothermal)
akibat aktivitas magmatik sering kali dimanfaatkan sebagai pem bangkit
tenaga panas Bumi. Contohnya PLTP Kamojang di Kabupaten Garut, Jawa
Barat.
(5) Pada umumnya hampir semua mineral-mineral logam seperti emas,
perak, tembaga, dan timah putih sebenarnya berasal dari aktivitas
vulkanisme (magma).
(6) Hawa sejuk dan panorama pegunungan yang indah merupakan salah
satu daya tarik sektor pariwisata, sehingga banyak penduduk yang datang
berekreasi ke kawasan pegunungan.